Sabtu, 04 April 2009

Sabar dan Shalat, Sebuah Harmoni

Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS Al Baqarah [2]: 155).
Shalatlah kamu sebagaimana kamu lihat aku shalat”. Demikian sabda Rasulullah SAW. Hadis ini menunjukkan betapa penting dan strategisnya peranan shalat bagi seorang Muslim, sampai detail gerakan dan bacaannya dicontohkan langsung oleh beliau.

Sejatinya, shalat adalah ibadah paripurna yang memadukan olah pikir, olah gerak, dan olah rasa (sensibilitas). Ketiganya terpadu secara cantik dan selaras. Kontemplasi dan riyadhah yang terintegrasi sempurna, saling melengkapi dari dimensi perilaku/lisan (al bayan), respons motorik, rasionalitas (menempatkan diri secara proporsional), dan kepekaan terhadap jati diri–kepekaan dan kehalusan untuk merasakan cinta dan kasih sayang Allah SWT.

Yang menarik, Alquran kerap menggandengkan ritual shalat dengan sikap sabar. Salah satunya dalam QS Al Baqarah [2] ayat 155, Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.


Mengapa Sabar dan Shalat?Secara etimologi, sabar (ash shabr) dapat diartikan dengan “menahan” (al habs). Dari sini sabar dimaknai sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridha Allah. Difirmankan, Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabb-nya (QS Ar Ra’d [13]:22),

Sabar termasuk kata yang banyak disebutkan Alquran. Jumlahnya lebih dari seratus kali. Tidak mengherankan, karena sabar adalah poros sekaligus asas segala macam kemuliaan akhlak. Muhammad Al Khudhairi mengungkapkan bahwa saat kita menelusuri kebaikan serta keutamaan, maka kita akan menemukan bahwa sabar selalu menjadi asas dan landasannya. ‘Iffah [menjaga kesucian diri] misalnya, adalah bentuk kesabaran dalam menahan diri dari memperturutkan syahwat.
Syukur adalah bentuk kesabaran untuk tidak mengingkari nikmat yang telah Allah karuniakan. Qana’ah [merasa cukup dengan apa yang ada] adalah sabar dengan menahan diri dari angan-angan dan keserakahan.
Hilm [lemah-lembut] adalah kesabaran dalam menahan dan mengendalikan amarah. Pemaaf adalah sabar untuk tidak membalas dendam.
Demikian pula akhlak-akhlak mulia lainnya. Semuanya saling berkaitan. Faktor-faktor pengukuh agama semuanya bersumbu pada kesabaran, hanya nama dan jenisnya saja yang berbeda.

Cakupan sabar ternyata sangat luas. Tak heran jika sabar bernilai setengah keimanan. Sabar ini terbagi ke dalam tiga tingkatan. Pertama, sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan, seperti musibah, bencana atau kesusahan. Kedua, sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat. Ketiga, sabar dalam menjalankan ketaatan.

Tidak berputus asa saat menghadapi hal yang tidak mengenakan merupakan tingkat terendah dari kesabaran. Satu tingkat di atasnya adalah sabar untuk menjauhi maksiat serta sabar dalam berbuat taat. Mengapa demikian? Sabar menghadapi musibah sifatnya idhthirari alias tidak bisa dihindari. Pada saat ditimpa musibah, seseorang tdak memiliki pilihan kecuali menerima cobaan tersebut dengan sabar. Tidak sabar pun musibah tetap terjadi. Lain halnya dengan sabar menjauhi maksiat dan melaksanaan taat, keduanya bersifat ikhtiari atau bisa dihindari. Di sini manusia “berkuasa” melakukan pilihan, bisa melakukan bisa pula tidak. Biasanya ini lebih sulit.

Secara psikologis kita bisa memaknai sabar sebagai sebuah kemampuan untuk menerima, mengolah, dan menyikapi kenyataan. Dengan kata lain, sabar adalah upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridha Allah. Difirmankan, Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabb-nya (QS Ar Ra’d [13]: 22).

Jiwa yang Tenang Salah satu ciri orang sabar adalah mampu menempatkan diri dan bersikap optimal dalam setiap keadaan. Sabar bukanlah sebuah bentuk keputusasaan, melainkan optimisme yang terukur. Ketika menghadapi situasi di mana kita harus “marah” misalnya, maka marahlah secara bijak serta diniatkan untuk mendapatkan kebaikan bersama. Karena itu, mekanisme sabar dapat melembutkan hati, menghantarkan sebuah kemenangan yang manis atas dorongan syaithaniyah untuk menuruti ketidakseimbangan pemuasan hawa nafsu.

Dalam shalat dan sabar terintegrasi proses latihan yang meletakkan kendali diri secara proporsional, mulai dari gerakan (kecerdasan motorik), inderawi (kecerdasan sensibilitas), aql, dan pengelolaan nafs menjadi motivasi yang bersifat muthma’innah. Jiwa muthma’innah atau jiwa yang tenang inilah yang akan memiliki karakteristik malakut untuk mengekspresikan nilai-nilai kebenaran absolut. Hai jiwa yang tenang (nafs yang muthmainah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang bening dalam ridha-Nya(QS Al Fajr [89]: 27-28).
Orang-orang yang memiliki jiwa muthma’innah akan mampu mengaplikasikan nilai-nilai shalat dalam kesehariannya. Sebuah nilai yang didominasi kesabaran paripurna. Praktiknya tercermin dari sikap penuh syukur, pemaaf, lemah lembut, penyayang, tawakal, merasa cukup dengan yang ada, pandai menjaga kesucian diri, serta konsisten.

Tak heran bila Rasulullah SAW dan para sahabat menjadikan shalat sebagai istirahat, sebagai sarana pembelajaran, pembangkit energi, sumber kekuatan, dan pemandu meraih kemenangan. Ketika mendapat rezeki berlimpah, shalatlah ungkapan kesyukurannya. Ketika beban hidup semakin berat, shalatlah yang meringankannya. Ketika rasa cemas membelenggu, shalatlah pelepasannya. Khubaib bin Adi dapat kita jadikan teladan. Saat menghadapi dieksekusi mati di tiang gantungan, Abu Sufyan memberinya kesempatan untuk mengatakan keinginan terakhirnya. Apa yang ia minta? Khubaib minta shalat. Permintaan itu dikabulkan. Dengan khusyuk ia shalat dua rakaat. “Andai saja aku tidak ingin dianggap takut dan mengulur-ulur waktu, niscaya akan kuperpanjang lagi shalatku ini!” ungkap Khubaib saat itu.
Ya, shalat yang baik akan menghasilkan kemampuan bersabar. Sebaliknya kesabaran yang baik akan menghasilkan shalat yang berkualitas. Ciri shalat berkualitas adalah terjadinya dialog dengan Allah sehingga melahirkan ketenangan dan kedamaian di hati. Komunikasi dengan Allah tidak didasari “titipan” kepentingan. Dengan terbebas dari gangguan “kepentingan” tersebut, insya Allah shalat kita akan mencapai derajat komunikasi tertinggi. Siapa pun yang mampu merasakan nikmatnya berdialog dengan Allah SWT, hingga berbuah pengalaman spiritual yang dalam, niscaya ia tidak akan sekali melalaikan shalat. Ia rela kehilangan apa pun, asal tidak kehilangan shalat. Jika sudah demikian, pertolongan Allah pasti akan datang. Wallaahu a’lam

Sabar dan Syukur

Allah memposisikan orang2 yang sabar dalam posisi yang mulia, banyak dinyatakan didalam ayat-ayat Al qurán bahwa Allah bersama dengan orang2 yang sabar, Allah mencintai orang-orang yang sabar.

Ada 3 macam sabar, yaitu:
- Sabar dalam ketaatan
- Sabar dalam kemaksiatan

Kedua sabar diatas terkait dengan ikhtiar, kemudian
- Sabar dalam menerima cobaan

Sering presepsi manusia berada pada point ini
Dan 3 macam tingkatan sabar:
1. Sabar untuk meninggalkan Hawa Nafsu setingkat dengan orang yang bertaubat
2. Sabar atas apa yang menimpa setingkat dengan orang yang Zuhud
3. Mencintai apa yang diperbuat Tuhan terhadap diri kita setingkat dengan orang yang Siddiq

Bahkan ketika usaha kita untuk bersabar tidak dirasakan berat maka sudah termasuk SABAR

Penjabaran dari 3 macam sabar:
1. Sabar dalam Ketaatan
Pada dasarnya manusia memiliki 2 macam keadaan, yaitu:
- Sesuai dengan Hawa Nafsu
Keadaan ini paling sulit untuk dikendalikan, sehingga kerap kali manusia menjadi melampui batas. Sabar dalam kesenangan lebih sulit dibandingkan ketika kita dalam keadaan sulit/ tertimpa musibah. Orang miskin lebih mudah bersabar dibandingkan orang kaya. Oleh karena itu harus bisa mengontrol diri
- Tdk sesuai dgn Hawa Nafsu Terkait dgn ikhtiar.
Ketaatan merupakan lawan dr Hawa Nafsu, karena sebenarnya tabiat jiwa manusia tidak suka pada ubudiyah tapi lebih menyukai rubbubiyah.

2. Sabar dalam kemaksiatan
Hal ini juga terkait dgn ikhtiar manusia, seperti yang terdapat didalam Q.S. 6:90,,Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran’’.
Namun kemaksiatan itu sendiri pada dasarnya sesuai dengan dorongan Hawa Nafsu.

3. Sabar dalam menerima cobaan
Point ini terlepas dari ikhtiar manusia. Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, ´´Sabar pada benturan pertama memiliki 900 tingkatan…“.
Sabar merupakan barang dagangan para Nabi. Dalam sebuah kisah Rasulullah menyuruh seorang ibu u/ bersabar atas kematian anaknya dimana ia meraung dan menangis menjerit. Namun ia malah berkata, “Engkau tidak mengerti kepedihanku“. Kemudian Rasulullah pergi. Dan salah seorang sahabat menegur ibu tersebut, ‘’Tahukah kau siapa yang barusan memberikanmu nasihat? Ia adalah Rasulullah’’. Kemudian ibu tersebut pergi mengejar Rasulullah dan mengatakan,’’Ya Rasulullah aku sabar, aku ridho’’. Tapi Rasulullah mengatakan,’’Sabar itu adalah pada benturan yang pertama’’.
‘’Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah melainkan ia mengucapkan Innalillahi wa inna illaihi roojiún’’(H.R. Muslim)

Derajat Sabar ialah dengan tidak ada kebencian (tidak mempertanyakan) terhadap musibah yang menimpa. Sehingga yang harus ditampakkan adalah RIDHO, bahwa semua yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Sabar yang baik adalah bila orang yang tertimpa musibah tersebut tidak diketahui oleh orang lain (ia tidak mengumbar perihal musibahnya tsbt ke orang lain). Dan tidak dikeluarkan dari kata sabar apabila dgn linangan air mata.

Allahlah yang menurunkan penyakit dan memberikannya obat. Setiap penyakit diperlukan ilmu dan amal. Agama dan ilmu merupakan jalan keluar dari setiap permasalahan yang ada.

Cara memperkuat/menumbuhkan sabar:
- Bermujahadah (bersungguh-sungguh); dengan pengetahuan yang kuat akan memperkuat agama dan iman
- Melatih dorongan Agama u/ melawan dorongan Hawa Nafsu; diperlukan PEMBIASAAN, seperti pembiasaan pada anak kecil juga dgn kekuatan agama

SYUKUR
Dalam sebuah hadist dikatakan:`Sungguh aneh perkara orang mu´min, ketika diberi cobaan ia bersabar dan ketika diberi nikmat ia bersyukur`
Syukur berarti tidak hanya dalam hati mengakui tapi juga dalam ibadah dan amal perkataan.

Agar dapat bersyukur diperlukan:
1. Ilmu
2. Kondisi spiritual
3. Amal perbuatan

Pemberi segala nikmat adalah ALLAH, namun seringkali kita menganggap bahwa semua itu karena diri sendiri dan mengenyampingkan Allah.
Bersyukur bukan tentang nikmat yang diberikan, tapi bersyukur kepada pemberi nikmat itu sendiri.
Kita memberikan kegembiraan kita kepada pemberi nikmat akan nikmat tsbt. Namun seringkali syukur kita masih ditempatkan kepada nikmat & pemberian nikmat tsbt, bukan kepada ALLAH.

Senin, 16 Maret 2009

La Tahzan Innallaha Ma'ana

Bersabarlah karena Allah, dan bersabarlah sebagaimana kesabaran orang yang yakin akan datangnya kemudahan,mengetahui tempat kembali yang baik, mengharap pahala dan senang mengingkari kejahatan. Sebesar apapun persoalan yang kita hadapi, tetaplah bersabar. karena sesungguhnya kemenangan itu akan datang bersama dengan kesabaran. jalan keluar datang bersama kesulitan dan dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan.

Tersenyumlah, karena sesungguhnya orang yang murah senyum dalam menjalani kehidupan ini bukan saja orang yang mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling mampu berbuat,orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

jangan bersedih bila kebaikan kita tidak dihargai orang.Niatkan semua amal perbuatan hanya karena Allah semata dan jangan pernah mengharap terima kasih dari orang lain.Jangan pernah resah dan gundah karena kebaikan kita pada orang lain justeru dibalas dengan perbuatan keji, atau ketika tangan putih yang kita ulurkan dibalas dengan tamparan yang menyakitkan. Betapapun apa yang kita cari hanyalah pahla dari kebaikan dari Allah.

Keridhaan memiliki buah yang melimpah berupa keimanan. orang yang ridha hatinya akan terangkat hingga ke tempa paling tinggi, yang kemudian mempengaruhi keyakinannya semakin mendalam dan kuat mengakar. Pengaruhnya kemudian adalah kejujuran dalam berucap,berbuat dan berperilaku.

Senin, 02 Maret 2009

Ya Allah....
aku panjatkan rasa syukurku kepada-Mu atas nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku
Engkau telah berikan aku kesehatan,sehingga aku bisa berjalan untuk mengarungi kehidupan ini
Engkau berikan aku keluarga yang sangat menyayangiku hingga detik ini
Engkau berikan aku seorang suami yang selalu mendampingi hari-hariku dengan penuh kasih sayang, kelembutan dan kearifan
Engkau berikan aku sang buah hati yang sebentar lagi akan terlahir ke dunia ini

Ya Allah....
jadikanlah aku seorang istri yang shalihah yang bisa menerima kekurangan dan kelebihan suamiku
Karena ku tahu tidak ada seorangpun di dunia ini yang sempurna.
Aku sangat bersyukur karena Engkau telah menjadikan pendamping hidupku orang yang selalu menghiburku dikala aku sedih, orang yang selalu merawatku ketika aku sakit, orang yang tiada henti-hentinya memberikan kasih sayang kepadaku meskipun aku sering mengecewakannya dan orang yang selalu mengingatkanku dengan penuh kelembutan dikala aku melakukan kesalahan.

Ya Allah....
aku sangat menyayanginya, mencintainya dan menghormatinya
Aku memohon kepadaMu
lindungilah suamiku
jagalah ia dari hal-hal yang Engkau murkai

Ya Allah....
berikanlah aku sebuah hati yang sunguh mencintaiMu
sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMu
Berikanlah aku tanganMu
sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
berikanlah aku bibirMu
sehingga aku selalu tersenyum manis untuknya

Ya Allah.....
jadikanlah keluarga kami
keluarga yang selalu mendapatkan keridhaanMu
fiddunya ilal akhirah
Amin....

Jumat, 27 Februari 2009

Syukurku atas nikmat yang Engkau berikan


subhanallah.....
begitu hangat mentari-Mu
menyapu wajahku wahai rabbku.....
nikmat mataku melihat indahnya langit-Mu
rizki tiada tara yang aku terima
ketika Engkau tanamkan pohon-pohon KASIH
dan telah Engkau indahkan pula dengan bunga-bunga CINTA
yang berwarna warni di TAMAN HATIKU
wahai pemilik hati
betapa kebahagiaan tiada tara
ketika aku menemukan cinta dari seorang ADAM
ya.....sesosok tampan walau tak setampan yusuf-Mu ya Allah
aku bersimpuh didalam doaku,
bersujud diatas sajadah cintaku,
syukur atas kado terindah yang Engkau hembuskan
kedalam nyawa hidupku ya Tuhan
Engkau maha tahu
betapa panjang perjalanan dan penantian seorang HAWA ini.....
hari ini hamba memohon ridho-Mu,
kekalkanlah pohon-pohon KASIH dan bunga-bunga CINTA
didalam taman-taman hati ADAM dan HAWA ini ya Malik.....
untuk menyusuri perjalanan ibadah menuju syurga-Mu
ya Rahman.....
jangan pernah kau renggut dia dariku
kecuali untuk menghadapMu
jangan pernah Engkau berikan Romeoku kepada Juliet lain
atau jangan pula Engkau takdirkan Majnunku kepada Layla lain
ya Rahim.....
jagalah pangeranku ini
lindungilah imamku ini
bukan untuk Aisyah mana
bukan pula untuk Khadijah mana
tapi untukku.....
jagalah dan lindungilah dia ya Allah

Ku persembahkan untuk suamiku tercinta

Senyummu adalah bahagiaku
Ceriamu adalah dambaku
Gelisahmu adalah kebimbanganku
Air matamu adalah kesedihanku
Kau pelipur lara dukaku
Kau pengiring suka citaku
Bersama kita dalam hari-hari keberkahan
Ikatan ini berawal dari hati atas nama cinta
Jalinan ini bermula dari rasa atas nama sayang
Pertautan ini berasal dari angan atas nama rindu
Sungguh ini adalah cinta, sayang, dan rindu..
Cinta, sayang, dan rindu atas nama pengabdian kepada Rabbul Izzati
Pagi ini mentari bersinar cinta, langit tersenyum sayang, angin mendesir rindu
Wahai mentari, langit dan angin
Sampaikanlah salam cinta, sayang, dan rinduku kepadanya
“Sungguh Aku Sangat mencintaimu karena Allah”

Kamis, 19 Februari 2009

Bersabarlah Jangan Bersedih

Kehidupan adalah sebuah perjalanan panjang yang harus melewati beberapa tikungan, bebatuan kecil dan bahkan duri. semua itu harus kita lewati dengan hati-hati dan penuh dengan kesabaran.
Tiada sesuatu yang diciptakan di dunia ini tanpa berpasangan. Ada perempuan ada laki-laki, ada senang ada sedih, ada kaya ada miskin, ada kedamaian ada juga perselisihan dan seterusnya. Oleh karena itu bersabarlah ketika kita sedang ditimpa kesusahan karena sesungguhnya kesusahan itu pasti akan diikuti dengan kebahagiaan. Jangan bersedih karena sesungguhnya Allah selalu bersama kita dan Allah juga telah berfirman bahwa sesungguhnya setiap kesulitan pasti diikuti dengan kemudahan.
Tiada ujian yang diberikan kepada manusia melebihi dari batas kemampuannya "laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha" begitulah Allah berfirman dalam Al-qur'an. Ada suatu hikmah dari sebuah peristiwa yang terjadi. Sehingga ketika musibah atau kesulitan menghampiri kita maka temukanlah hikmah dibalik musibah itu dengan bersabar, berdo'a, berusaha dan bertawakkal kepada Allah SWT. Insya Allah dengan melewati empat tahapan itu kita sebagai manusia mampu menjalani kehidupan ini dengan batin yang tenang, tentram dan bahagia.